Popular Post

Popular Posts

Recent post

Fakta Shinta Naomi  JKT48

-Shinta Naomi lahir di Jakarta, 04 Juni 1994

-Pernah mengikuti Audisi JK48 Generasi Pertama tapi tidak lolos
-Ikut audisi JKT48 Generasi 2 beserta adiknya Sinka Juliani dan lolos 
-Waktu Audisi Gen2 awal Shinta mendapat nomer urut 59 dan menyanyikan lagu Heavy Rotation (plus dance)
-Waktu audisi Gen2 final di Jepang, Shinta mendapatkan nomer urut 27 dan menyanyikan lagu Citra Scholastika - Everybody Knew
-Keturunan Sunda - Taiwan
-Ukuran Celana 27
-Ukuran Baju "M"
-Ukuran sepatu "38"
-Kurang ngerti soal sepakbola, kalo disuruh milih tim dia lebih milih MU dan Chelsea
-Sangat menyukai makanan yang berbau pedas
-Sangat Menyukai warna Ungu, Pink (dia punya beberapa koleksi barang berwarna ungu)
-Hobby olahraga Basket
-Tim Basket yang dia sukai adalah LA Lakers
-Suka menyempatkan waktu untuk berolahraga terutama Basket
-Shinta hobby banget sama Dance, waktu SMA dia mengikuti ekstrakulikuler "Modern Dance"
-Shinta orangnya ramah, baik, ceria, enerjik, friendly
-Shinta adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara
-Shinta takut sama Kucing lhoo hehe 
-Shinta menyukai boneka babi dan boneka sapi
-Shinta juga suka Lilo & Stitch
-Shinta suka shopping
-Shinta suka sama penyanyi Usher & Pitbull
-Oshi Shinta di AKB48 ialah Tomomi Itano
-Oshi Shinta di JKT48 Team J ialah Nabilah dan Sonya
-Cita-cita Shinta ingin jadi artis (udah kesampean yah)^_^
-Pergi ke salon adalah salahsatu kegiatan rutin Shinta
-Kalau di salon dia paling suka di Creambath
-Shinta juga suka sama barbie 
-Shinta suka hewan Kura-Kura dan Kelinci
-Shinta juga suka boneka Hello kitty dan Barney
-Agama Shinta ialah Islam
-Kalo dirumah nama panggilan Shinta Naomi itu (Shinta)
-Panggilan bagi Fans Shinta Naomi ialah Naomissions
-Naomissions = Naomi + Misssions. Jadi para fans mempunyai misi dan visi tersendiri dalam mendukung Shinta Naomi

Fact Tambahan

- seorang captain yang hemat :) , termasuk hemat dalam ngetweet :3
- Sering kepilih senbatsu tapi bagian belakang terus
- sekalinya mau ngetweet , pagi hari banget dan malam hari banget :3
(cantik cantik hobinya ngalong) :3
- Dulu srng blng "selamat ulang tahun ^^" skarang bisa bikin fans ngucapin selamat ulang tahun ke diri sendiri , gara2 ga diucapin :3
- Dia capt.Team KIII , tapi merupakan member yang paling jarang disorot kamera :3
- dulu sering share gift , sekarang share foto aja jarang pakai banget
- bikin twittertnya 10 Januari 2013 , tapi tweetnya baru 853 
sedang sinka , adiknya udah 1504 padahal buatnya barengan :3
- dulu sering bilang "GWS yang sakit" sekarang bikin sakit pas nunggu dia online :3
- dulu sering bilang "oyasunaomi" sekarang udah nggak lagi :3
- ngetweetnya sehari sekali , itu juga pas pagi doang dan bilang "selamat pagi"
- ngadain tanya jawab terakhir 13-03-2013

ya itulah beberapa fakta soal Shinta Naomi , dan fact tambahan itu merupakan fakta yang saya dapatkan sebagai fans layar kaca :3


Terimakasih

Fakta tentang Shinta Naomi JKT48 (Capt.Team KIII)

"...tak terlihat bukan berarti tak nyata"


Postingan yang ini sedikit-banyak ada keterkaitan dengan postingan sebelumnya. Ya, di bagian akhir saya sempat mengutip sedikit percakapan dengan orang wardrobe, dan di sini saya akan mencoba menjelaskan maksudnya. Masih seputar JKT48 Theater beserta para penghuninya. Tapi penghuni yang ini agak berbeda.

Mungkin yang akan dibahas nanti sedikit di luar nalar, jadi saya nggak maksa untuk pada percaya. Anggep aja ini sebagai info tambahan dan gambaran, kalau sebetulnya kita semua itu lagi diawasi oleh - entah siapa dan di mana.




***




Coba, yang ngaku dirinya Wota atau Woti atau Sasuga, Sekaimen, apalah itu; kalian pernah tau asal-usul ruang JKT48 Theater? Kayaknya hampir semua orang yang saya tanya soal ini pasti pasang wajah bingung, alias nggak ngerti. Bahkan para petinggi-petingginya juga cuma mengeryitkan dahi pas iseng saya tanya.

Jadi ruangan apa yang akhirnya disulap sedemikian rupa menjadi JKT48 Theater? Kalau ada yang tau, mungkin nanti bisa sedikit berbagi info lewat kolom comment di bawah. Karena terus terang, saya sendiri sebelum terjerat tali-tali Idoling ini hampir nggak pernah ke FX. Cuma beberapa kali dan itu juga cuma sebentar.

Berangkat dari rasa penasaran yang bisa dibilang nggak penting ini, saya nyoba cari info. Orang yang saya tanya pertama kali udah pasti si "bapak". Beliau emang belum lama kerja di situ, tapi sebagai orang yang cukup sering jaga dan nginep di Theater, pasti ada beberapa pengalaman yang "menarik".

"Terus terang saya juga nggak tau, Mas Yudi. Tapi ini menurut saya, lho. Gini, kalau menurut saya, kayaknya di sini itu ada semacam aura yang sifatnya menarik, Mas. Karena gini, saya perhatikan orang yang baru pertama dateng, pasti besoknya bakal dateng terus.". Saya dengerin sambil ngangguk-ngangguk.

Kata-kata si bapak, meskipun bisa dianggap kebetulan, tapi rasanya bener juga. Sementara ini anggaplah kalau mereka itu ketagihan sama penampilan para member. Logikanya, sering ketemu = jadi bosen. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, sering ketemu = makin nagih. Padahal, ya yang ditampilkan juga nggak relatif sama.

"Hmm... Iya juga, ya. Tapi bapak pernah ngerasa ada yang aneh-aneh, nggak? Kan bapak udah beberapa kali nginep sini.", saya coba melempar umpan. "Saya terus terang nggak pernah liat sih, Mas. Tapi yang lainnya, sih katanya sering denger-denger dan liat. Nggak tau juga, sih. Saya buktinya tidur, ya enak-enak aja.".

"Tapi Mas Yudi pernah merhatiin, nggak? Kayaknya yang Gen-2 itu kalau dibandingin sama yang Team J kalah jauh, ya?". Saya terus terang agak kaget ditanya kayak gitu. Soalnya waktu itu saya baru berapa kali nonton KKS, jadi belum tau, apalagi kenal gimana mereka. "Yah, kan mereka masih baru, pak. Wajar, sih. Nanti juga berubah lama-lama.", saya jawab sekenanya.




***




Beberapa kali saya liat jam, udah cukup malem. Untungnya waktu itu saya naik sepeda, jadi nggak bingung mikirin gimana pulangnya. Dari topik yang udah terbentuk, saya coba masuk lebih dalem lagi. "Pak, kemarin bapak liat si ****** pas lagi perform? Yang tiba-tiba dia masuk backstage dan akhirnya nggak balik ke stage sampe akhir?", pancingan kedua masuk.

"Oh, iya saya liat, Mas. Itu kenapa ya? Mas Yudi tau?", tanya si bapak. Ternyata umpannya malah mental ke saya. "Kemarin, sih saya tanya ke anu katanya dia ketempelan, pak. Dan katanya udah cukup sering kejadadian.”. Si bapak agak diam pas denger kata-kata saya. Diamnya si bapak seolah menunjukkan kalau emang ada sesuatu di belakang sana.

Marilah kita lompat ke beberapa hari setelah percakapan saya sama si bapak terjadi. Malem itu kebetulan saya lagi pulang bareng sama temen saya yang orang staff. Kita ceritanya mau makan dulu sebelum balik. Pas lagi asik makan ada satu orang staff lagi yang nyusul, saya kenal juga, sih. Dia ikutan mesen makanan dan ngobrol bareng.

Dia tiba-tiba nyeletuk, “Eh, kemarin si ****** kenapa lagi itu? Kok kayaknya dia sering banget kena, ya?”. Saya diam, menanti tanggapan dari temen saya dulu. Temen saya jawab, “Yah, ini juga lagi dibahas. Pas banget lo dateng.”. Denger respon begitu saya jadi pengen nyambung juga. “Hmm… Jadi gini, katanya salah satu CASS, di situ emang kayak ada semacam aura. Baik, sih tapinya. Tapi ga tau juga, deh…”.

Si anu nimpalin, “Serius lo? Kalau emang ada masa kita-kita nggak dikasitau. Gw rasa bukan itu, deh. Soalnya kalau emang ada yang kayak gitu pasti semua staff dikasitau.”. Saya diam lagi sambil dengerin. Temen saya nyambung, “Eh, tapi pasca kejadian itu si botak langsung ngebersihin semuanya, lho! Malem itu juga langsung manggil orang.”. Wow! Saya agak kaget dengernya. Ternyata sampe seserius itu kasusnya.




***




Balik lagi ke obrolan saya sama orang wardrobe yang saya ceritain di akhir postingan sebelumnya. Ya, si mbak-mbak dua ini kaget kenapa saya bisa tau soal ******. “Dia emang ada keturunan bisa liat kayak gitu, mbak. Kalau nggak salah dari ayahnya. Yang saya denger, sih gitu.”. Mereka ngangguk-ngangguk sambil bergumam nggak percaya. “Iya, mas. Dia sering banget, lho kayak gitu. Kita udah serem aja kalau dia begitu. Teriak-teriak, marah, ngelawan. Takut sendiri jadinya.”. Saya cuma senyum.

Balik lagi ke obrolan kaki lima. Saya iseng tanya ke mereka, “Emang kalian berdua yakin nggak ada ritual khusus sebelum mulai show? Yah, apa gitu… Atau mungkin ada ruangan yang nggak boleh dimasukin? Orang Jepang, kan terkenal sama gitu-gitunya.”. Mereka semua menengadah, melihat ke atas untuk mencari jawaban. Lalu si anu jawab, “Kalau ritual, sih palingan do’a bareng. Nggak ada yang aneh-aneh.”. Tapi temen saya nyaut, “Eh, tapi ada, deh satu ruangan yang nggak boleh dimasukin sama siapapun, termasuk sama yang orang-orang Jepang itu.”.

Lucunya lagi, ternyata yang sering ketempelan itu nggak cuma satu orang. Ada member lain selain ****** yang jadi langganan ditempelin sama penghuni Theater. “Si **** juga sering tau, yud. Coba aja lo perhatiin, deh. Mungkin kalau di stage nggak terlalu keliatan. Tapi di backstage dia suka senyum-senyum dan nyengir sendiri. Orangnya suka bengong, sih! Kadang sampe diingetin biar nggak bengong tapi tetep aja.”. Jadi ngebayangin, kalo sekitar 16 member yang tampil waktu itu ketempelan massal, kira-kira bakal jadi apa, ya?

Dan ada kejadian yang cukup unik. Saya selalu ngingetin satu hal; sebelum, di pertengahan atau setelah lagu Hikoukigumo pasti ada beberapa member yang tiba-tiba collapse. Biasanya di lagu Ano koro no Sneaker mereka balik lagi, tapi ada yang “langganan” nggak balik, bahkan sampai sesi Hi-touch. Dan kejadian ini nggak cuma sekali – dua kali, lho. Pernah waktu itu dalam seminggu ada kejadian kayak gini hampir di semua show RKJ. Gantian aja yang kena, penyebabnya juga macem-macem. Pantaslah kalau saya dkk menjuluki Hikoukigumo itu lagu keramat.




***




Jauh setelah semua percakapan di atas, saya dan #van bahkah sempat melihat sendiri kehebohan yang terjadi karena penghuni Theater yang satu ini. Waktu itu kalau nggak salah abis Event Handshake kita berdua masih nonton bola di tv layar super lebar yang ada di F4. Lagi asik-asiknya nonton, tiba-tiba ada yang keluar dari pintu staff. Keluarnya pun bukan keluar gitu aja, tapi sambil nangis-nangis. Mau nggak mau kita langsung ngeliat ke arah mereka.

Si member ini keluar dan langsung disusul sama tiga orang staff, salah satunya temennya temen saya yang di atas tadi saya sebutin. Mereka lagi ngebujuk dan menenangkan tangisnya si member ini. Dan nggak lama akhirnya mereka pada masuk lagi. Kita berdua cuma liat-liatan aja. #vans ngira ada kericuhan di dalam, tapi saya nggak sependapat. Soalnya saya tau apa yang sebetulnya terjadi. Cuma waktu itu saya masih belum mau cerita.

Sebetulnya agak susah mencari pembenaran logika untuk persoalan kayak gini. Tapi biar gimanapun semua tempat pasti punya misteri dan rahasianya sendiri. Kalau saya harus menarik sebuah logika, yang muncul di kepala saya adalah, area backstage yang sempit, dihuni oleh sekitar 20 perempuan. Tergesa dengan waktu, jadi selalu ditinggal dalam keadaan berantakkan dan nggak terurus. Belum lagi kalau mereka lagi period time. Yah, kalian faham maksud saya, lah.

Sampai saat ini kejadian di atas emang masih terjadi sekitaran backstage aja. Entahlah apa jadinya kalau semua sampai melebar ke arena fans. Agak nggak lucu kalau pas lagi berlangsungnya show tiba-tiba seisi ruangan pada ketempelan semua. Bukan nggak mungkin, sih. Mengingat di dalem Theater sendiri kondisinya lebih sering gelap-gelapan, agak berdebu, sering kotor dan bikin sumpek.




***




Jadi tanpa kita sadari, di antara riuhnya chanting dan member call, ada mereka, para penghuni lain yang memperhatikan kesibukan kita. Bersembunyi di lipatan-lipatan tirai yang hanya terbuka saat siang hari. Mungkin mereka terlalu merasa kesepian, hingga kadang terpaksa menunjukkan kehadirannya di hadapan orang yang kurang tepat dan berakhir dengan kekacauan.

Kadang memang diperlukan sedikit rasa nggak percaya untuk menghindari halusinasi berlebih. Karena ketika kita percaya, maka kita telah mengizinkan otak kita berfikir bahwa semua yang dilihat dan didengar itu benar adanya. Karena kembali lagi, semua hanya akan berakhir di obrolan pinggir jalan. Dan kadang dari sanalah semua informasi berawal dan bisa dikumpulkan.

sumber : http://www.janganbacaya.blogspot.ca/ 

Theater dan Bunga Misteri (part 3)

"...permainan ini terlalu menyenangkan"


Kalau yang udah pernah baca judul serupa sebelumnya, judul yang ini emang sambungannya. Mungkin dari isinya agak berbeda, tapi masih membahas kejadian-kejadian di JKT48 Theater dan sekitarnya. Selalu ada sesuatu yang menarik untuk diangkat dari tempat ini dan kelakuan para penghuninya.

Agak gatal rasanya baca isue yang berkembang pesat di b-log pusat. Ya, beberapa hari lalu nama “Golden Boy” kembali muncul di permukaan. Sebelumnya – entah kapan, nama ini cukup eksis, dan kemudian menghilang. Sebenarnya apa, sih yang bikin doi jadi pusat perhatian?




***




Okay, kemarinan lagi populer istilah “Mafia Theater”. Apaan, sih itu? Kalau saya, sih ngartiin secara singkat, yaitu orang yang suka seenaknya sendiri di Theater. Seenaknya ngapain? Ya ngapain aja, mulai dari urusan tiket, kursi, beli photo pack (PP), merchandise. Yang model begini ini pantesnya diseret rame-rame keluar Fx.

Saksi mata udah banyak. Banget malahan. Dan saya sendiri juga pernah liat dengan mata-kepala sendiri kelakuan si Golden Boy ini. Cuma saya nggak puas kalau cuma denger dari para fans – yang kebetulan para korban juga. Mulailah saya mengumpulkan data dan fakta. Dari siapa? Siapa lagi kalau bukan dari orang yang terkait.

Kemarin diniatin pulang malem, bukan untuk Demachi, tapi untuk bisa “ngobrol” sama si bapak yang di cerita saya sebelumnya. Pertanyaan pertama melipir-melipir dulu cari celah. Ternyata kali ini nggak perlu lama-lama soalnya si bapaknya udah faham. Lalu munculah percakapan itu.

“Maksud Mas Yudi yang kalau pake topi ke atas itu, kan? Saya juga nggak suka sama dia. Gayanya sok banget!”. Saya cuma nyengir sambil ngangguk-ngangguk aja. Biar makin panas, saya sengaja mancing dengan bilang, “Saya kalau ketemu dia sendirian di luar area Fx, udah saya hajar itu, Pak!”.

Saya cerita soal kecurangan yang sering dia lakuin, terutama urusan tiket dan kursi. Kalau untuk urusan tiket, si bapak ini nggak begitu tau ternyata. “Kalau untuk urusan tiket terus terang saya nggak gitu tau, Mas. Cuma yang saya tau, dia selalu beli yang hijau, pake kartu pelajar.”. Kontan pernyataan itu menimbulkan pertanyaan untuk saya. Kartu pelajar tahun berapa yang dipakai?

“Waktu itu saya sempat liat, sih tahun 94, Mas. Cuma sama orang ticketing-nya dibiarin, yaudah.”. Mehh… Tahun 94. Berarti umur dia sekarang sekitar 18 – 19 tahun. Lagipula bukannya yang berlaku itu kartu pelajar yang tahun 95 ke atas? Kecurangan pertama terbukti sudah. Si Bapak pun komentar lagi, “Saya sebetulnya juga heran, Mas. Tapi karena didiemin, ya saya juga nggak bisa apa-apa.”.




***




Selain si Golden Boy ini, ternyata masih ada 1 – 2 orang yang entah dengan sengaja atau gimana, melakukan pelanggaran. Saya dan beberapa teman saya menjuluki dia si orang Jepun. Dia ini rajin banget dan kayaknya nggak pernah absen Theater, seenggaknya untuk yang show RKJ.

Berhubung dia (kayaknya) WNA, jadi dia bisa tiga kali apply tiket, OFC FAR, OFC, dan General. Bukan ini yang jadi masalah, tapi soal tagging kursi. Semua terjadi ketika orang ini ikut di antrian WL. Seinget saya waktu itu hari Minggu, pas ada sign event OFC. Logikanya, WL itu masuk paling akhir, dan pastinya dapet tempat paling belakang. Tapi orang ini bisa duduk di row tiga, tempat khusus pemegang tiket FAR.

Beberapa temen saya cerita, terutama yang posisinya nggak jauh dari orang Jepun ini pas kejadian berlangsung. Saya coba cross-check sama si Bapak, dan ceritanya emang cocok. Jadi orang Jepun ini udah “titip” kursi sama temennya, di mana temennya beli dua tiket; satu untuk dia, satu lagi untuk anaknya. Nah, begitu orang Jepun ini masuk, anaknya dipangku, dan kursinya dikasih ke si orang Jepun. Pihak security juga nggak bisa menindak, soalnya si anak punya tiket. Punya tiket = dapet jatah kursi.

“Kalau udah di dalem gitu suka diperiksain lagi nggak sih, Pak? Terutama yang suka pindah-pindah dari biru ke hijau atau sebaliknya. Terus yang ngedudukin bangku FAR juga.”. Sambil nunggu si Bapak jawab, tiba-tiba saya kefikiran; di dalem, kan gelap. Mau diperiksa juga kayaknya nggak keliatan warna tiketnya. “Sebetulnya kalau ada yang protes kita pasti tindak, Mas. Cuma kalau untuk kemarin, ya itu tadi. Kita nggak bisa apa-apa karena si anaknya ada tiket juga.”.

“Padahal sebetulnya kalau mau dapet Bingo pertama gampang aja caranya, Mas. Sampeyan minta sama mbak ticketing-nya jangan ditulis nomer. Terus sampeyan bawa spidol merah, nanti pas dipanggil yang pertama berapa, buru-buru sampeyan tulis. Tapi kalau dikasih sama mbak ticketing-nya, lho.”, kata si Bapak sambil ngerokok.




***




“Untuk urusan ticket terus terang saya nggak berani, Mas. Soalnya salah satu temen kita udah ada yang dipecat gara-gara soal ini. Kejadiannya baru aja, Sabtu kemarin kalau nggak salah.”.Saya kontan langsung tanya siapa yang dipecat dan kenapa. Si Bapak jawab, “Si S, Mas. Padahal dia masih baru di sini. Dan sebetulnya bukan salah dia juga, sih. Kasian saya sebetulnya.”.

Abis panjang lebar si Bapak cerita, saya sepakat kalau emang bukan si Mas S yang salah. Dia Cuma jadi korban nasib sial yang kebetulan lewat aja. Oia, saya sendiri juga cukup deket sama si Mas S ini. Dia cukup asik dan baik. Saya nggak mungkin lupa jasa dia yang udah mempertemukan saya dan teman saya sama Oshi.

"Kalo bagian ticketing yang dulu emang ada, Mas. Parah banget itu. Orang mau masuk main disuruh masuk aja. Dia bantuin tapi untuk dirinya sendiri, maksudnya masuk kantong sendiri.". Denger si Bapak bilang gitu, saya nggak bisa bayangin berapa besar kerugian JOT karena orang ini. "Gila ya, Pak. Saya faham, sih segimana pengennya mereka nonton. Cuma apa harus kayak gitu? Kadang suka kasian dan heran aja.".

Waktu udah sekitar jam 12, saya dan si Bapak masih anteng duduk di depan Theater. Suasana yang beda banget kalo dibandingin saat antrian verif dan Bingo berlangsung. Saya nyeletuk lagi, "Terus urusan tiket gitu apa pihak JOT juga tau? Mereka ada ngelakuin tindakan apa gitu, nggak?". Si Bapak jawab, "Oh, Mas Yudi coba aja lapor sama Mbak P atau Mas F. Nanti pasti bakal diproses sama mereka. Soalnya setiap kali ada keluhan gitu, pasti bakal dibahas di rapat.".

"Mbak P sendiri juga bilang kalo dia punya mata-mata dari fans. Jadi dia sebetulnya cukup update sama keadaan di sini.", lanjut si Bapak. Cukup jitu, menempatkan mata-mata – yang mungkin juga Wota, di antara Wota lainnya. Dan soal dibahas di rapat, saya kurang faham rapat seperti apa, siapa yang menghadiri dan dilakukan di mana. Dan kenapa saya nggak menemukan kotak saran di area Theater?

Tiba-tiba si Bapak lanjut ngomong lagi. Yang ternyata isinya menjawab rasa penasaran soal aktivitas ilegal di depan mata saya beberapa minggu lalu. “Kalau photo pack saya bisa, Mas. Tapi, ya jujur aja, saya minta bagian untuk jasa juga. Banyak yang titip, Mas. Katakan beli lima pack, minta Melody sekian, Nabilah sekian. Pokoknya tinggal dicatet aja.”.

Saya bengong, jujur aja pengen juga kayak gitu, hahahaha… Seolah tahu isi fikiran saya, si Bapak nerusin lagi, “Nanti saya tinggal bilang sama anak merchandise mau milih foto. Yaudah, sama mereka disuruh ambil sendiri.”. Sayangnya si Bapak nggak nyebutin berapa "tarif" yang harus dibayar untuk memakai jasanya. Saya mau tanya juga nggak enak, hahahaha...




***




Saya pribadi males komentar, ya kalo untuk urusan PP. Soalnya menurut saya itu nggak terlalu ngaruh. Mau dapet PP-nya siapa, tinggal ikutan trading aja. Modal dengkul sama SKSD doang, kok. Asal sabar pasti bisa dapet PP yang dicari. Kadang emang nggak bisa sehari langsung dapet, sih. Saya aja butuh waktu dua kali nge-trade sampe dapet formasi PP yang bener-bener sreg.

Cuma kalo untuk urusan tiket dan kursi, rasanya emang cukup krusial dan pantas diperdebatkan. Apalagi ada yang bilang kalo beberapa orang sering "ngekor" sama orang tua member untuk bisa masuk Theater gratis. Ah, gimana saya harus berkomentar di kasus yang ini? Apa emang hal itu udah lumrah, mengingat status mereka sebagai orang tua member?

"Iya, Mas. Beberapa emang ada yang begitu. Tapi sekali lagi saya kurang tau untuk urusan ticketing. Biasanya yang ngurus ticket untuk orang tua member itu Mas F. Dan memang betul ada jatahnya.", ujar si Bapak. "Tapi saya sering denger dan liat, ada salah satu orang tua member yang suka ngajak orang lain masuk. Saya nggak tau, sih itu siapa.", saya mencoba memancing. "Waktu itu saya sempat denger, dia ngomong kalo itu sodaranya. Tapi saya juga nggak tau, mas.".

Jadi enak, ya kalo deket sama orang tua member. Bisa nebeng bareng masuk Theater, nggak bayar. Tinggal bilang kalo mereka sodara atau kolega, beres semuanya. Nggak heran kalo beberapa waktu lalu menyeruak banyak kasus zombie yang nggak minta diwaro sama member, tapi sama orang tuanya.

Lain tiket Theater, lain lagi tiket untuk event OFC. Untuk yang satu ini temennya temen saya yang kena sialnya. Niat mau beli beberapa tiket, tapi dibilang sama orang merchandise udah abis. Giliran si Golden Boy yang dateng, pesen lima tiket, dikasih. Yah, katanya, sih doi ngasih harga lebih. Tapi terus terang itu nyebelin. Apalagi kejadiannya terang-terangan di depan mata.




***




Selalu dan selalu ada istilah orang dalam. Tentunya kekonyolan dalam cerita di atas hanya sebagian kecil dari semua yang terjadi. Satu hal yang pasti, banyak orang yang membutuhkan jasa mereka, tapi lebih banyak orang yang membenci. Dan setiap semua show berakhir, mereka mulai membuka jubah dan topengnya. Berjalan menuju lift dengan terburu dan menghilang dari area Theater. Kapan semuanya terkuak? Mungkin nanti – suatu saat, yang tak akan pernah kita tahu.


Hampir jam satu malam, dan saat saya mau pamit tiba-tiba dua orang wardrobe keluar dari dalam Theater. Rupanya mereka yang ditunggu si Bapak. Pas lagi absen mereka sempat bercanda, "Lho, belum pulang, Pak? Awas, lho nanti digangguin, hahahaha...". Kata-kata terakhir mereka menarik perhatian saya. Dan hasrat untuk memancing pun keluar, "Digangguin kayak kejadian beberapa hari lalu, Mbak?". Mereka ngeliat saya dengan tatapan bingung. "Iya, Mas. Masnya tau? Bisa liat, ya?". Saya cuma senyum.

sumber : http://www.janganbacaya.blogspot.ca/ 

- Copyright © 2013 KenzoKato - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -